Membaca Ulang Hubungan Presiden Ir. Soekarno dan KH. Wahab Chasbullah dalam Konteks Politik, Perjuangan, dan Kesaktian Ilmu

 
Membaca Ulang Hubungan Presiden Ir. Soekarno dan KH. Wahab Chasbullah dalam Konteks Politik, Perjuangan, dan Kesaktian Ilmu
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Hubungan antara Presiden Ir. Soekarno dan KH. Abdul Wahab Chasbullah adalah salah satu bab penting dalam sejarah politik dan keagamaan Indonesia, terutama dalam era menjelang dan pasca kemerdekaan.

KH. Wahab Chasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan ulama besar Indonesia, memiliki peran signifikan dalam mendukung Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan serta membangun visi nasional yang selaras dengan nilai-nilai keislaman.

Di luar peran politiknya, KH. Wahab Chasbullah juga dikenal karena kedalaman spiritualnya dan penguasaan ilmu-ilmu agama, yang oleh banyak kalangan dianggap memiliki unsur “jadug” atau “kesaktian”.

Sebagaimana diketahui bahwa KH. Wahab Chasbullah berasal dari kalangan ulama terkemuka dari Jawa Timur. Sebagai salah satu pendiri NU pada tahun 1926, beliau sangat dihormati di kalangan ulama dan masyarakat Muslim pada umumnya. Sedangkan Ir. Soekarno, sebagai tokoh pergerakan nasional, sering berinteraksi dengan banyak pemimpin agama untuk mendapatkan dukungan dalam perjuangannya melawan penjajahan.

KH. Wahab Chasbullah sejak awal melihat potensi Soekarno sebagai pemimpin nasional. Meskipun Soekarno berhaluan nasionalis-sekuler, KH. Wahab tetap mendukung Soekarno karena memiliki visi yang sama dalam mewujudkan kemerdekaan Indonesia.

Hubungan mereka berkembang lebih jauh ketika keduanya terlibat dalam diskusi mengenai integrasi antara nilai-nilai agama dan nasionalisme dalam membangun identitas bangsa Indonesia. Bahkan ketika konsep NASAKOM disuarakan oleh Soekarno, NU ketika itu memilih untuk mendukungnya dengan berbagai pertimbangan matang yang diambil oleh Mbah Wahab.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN