Aktualisasi Pendekatan Dakwah Model Walisongo dalam Konteks Kekinian

 
Aktualisasi Pendekatan Dakwah Model Walisongo dalam Konteks Kekinian
Sumber Gambar: Freepik, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Pendekatan dakwah Walisongo menjadi salah satu model yang banyak diakui keefektifannya dalam menyebarkan Islam di Indonesia. Pada masa mereka, Walisongo memanfaatkan budaya lokal sebagai sarana penyampaian ajaran Islam, seperti menggunakan wayang, seni tradisional, serta berbagai tradisi lokal yang sudah akrab di tengah masyarakat. Hal ini tidak hanya memudahkan penerimaan masyarakat terhadap ajaran Islam, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam budaya yang telah lama mengakar.

Dalam konteks kekinian, model dakwah Walisongo ini relevan untuk dimaknai ulang agar sesuai dengan perubahan zaman dan perkembangan budaya modern.

Dahulu, Walisongo memilih jalan budaya sebagai sarana dakwah untuk mencapai masyarakat yang beragam dalam aspek sosial, budaya, dan keyakinan. Model dakwah ini bukan hanya menyampaikan pesan agama secara langsung, tetapi juga membangun rasa keterikatan dan penerimaan. Mereka tidak merombak budaya lokal, melainkan menyelaraskannya dengan ajaran Islam, menciptakan bentuk-bentuk baru yang diterima secara luas.

Saat ini, masyarakat Indonesia hidup dalam lingkungan yang berbeda dibanding masa Walisongo. Globalisasi dan kemajuan teknologi telah mengubah wajah budaya. Gaya hidup urban, media sosial, seni modern, serta arus informasi yang cepat mempengaruhi cara pandang dan interaksi sosial. Ini mengharuskan pendekatan dakwah yang adaptif, menggunakan sarana-sarana baru yang mampu menjangkau generasi masa kini. Misalnya, penggunaan media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, atau berbagai media sosial lainnya, bisa menjadi alternatif untuk menyebarkan nilai-nilai keislaman secara lebih kreatif dan mudah diakses.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN