Tahun 810 M: Pertarungan Takhta dan Sifat Dua Pewaris Harun Ar-Rasyid

 
Tahun 810 M: Pertarungan Takhta dan Sifat Dua Pewaris Harun Ar-Rasyid
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Masa kekhalifahan Dinasti Abbasiyah sering kali dipenuhi dengan dinamika politik yang kompleks dan intrik kekuasaan, terutama pada masa kepemimpinan khalifah Al-Amin dan Al-Makmun. Kedua putra Harun Ar-Rasyid ini mewarisi kerajaan yang luas dan berpengaruh, namun perbedaan kararter serta visi mereka membawa dinasti tersebut ke dalam salah satu konflik internal paling dramatis dalam sejarah Islam.

Al-Amin

Nama lengkap Al-Amin adalah Abu Abdullah Muhammad Al-Amin bin Harun Ar-Rasyid, ia menjadi khalifah ke-6 Dinasti Abbasiyah setelah wafatnya khalifah Harun Ar-Rasyid. Al-Amin merupakan putra Harun Ar-Rasyid dari seorang ibu yang bernama Zubaidah binti Abu Ja’far Al-Mansur, seorang bangsawan dari keluarga Abbasiyah.

Ia lahir pada tahun 787 Masehi ketika ayahnya baru satu tahun menjabat menjadi khalifah. Seperti kebanyakan seorang pangeran Abbasiyah, Al-Amin mendapatkan berbagai disiplin ilmu yang hebat dari lingkungan istana, termasuk teologi, sastra, dan tata pemerintahan. Namun sayangnya, ia cenderung kepada kehidupan mewah dan kesenangan, yang menyebabkan tidak maksimalnya perhatian ia pada urusan pemerintahan.

Al-Amin suka sekali berfoya-foya, hal ini terbukti ketika ia baru saja diangkat menjadi khalifah dari isi wasiat Khalifah Harun, ia langsung menggunakan anggaran Negara untuk mencari para penghibur. Ia juga sering sekali menggunakan harta di Baitul Mal dan menghambur-hamburkannya untuk memuaskan hasratnya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN