Membaca Kembali Tulisan KH. M. Cholil Bisri Berjudul "Kyai"

 
Membaca Kembali Tulisan KH. M. Cholil Bisri Berjudul
Sumber Gambar: Repro Forum Keadilan, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Majalah Forum Keadilan,  No. 2, Tahun V. 6 Mei 1996 memuat tulisan Almarhum KH. M. Cholil Bisri (1942-2004), Pengasuh Pondok Pesantren Raudhlatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah, dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat sejak 2002 hingga 2004.

Artikel berjudul "Kyai" itu  mengupas makna dan tanggung jawab gelar "kyai" yang lebih dalam daripada sekadar panggilan sosial atau gelar keilmuan. Istilah ini, selain berarti sosok berilmu yang dihormati, mencakup juga sikap rendah hati, tawadlu, dan kemampuan menahan diri dari godaan popularitas. Kyai Mashduqi, salah satu tokoh yang diceritakan, memberikan contoh nyata dari kerendahan hati ini; meskipun ia telah menggantikan ayahnya sebagai pemimpin pesantren, ia tetap menjalankan tugas sehari-hari seperti orang biasa. 

Melalui penggambaran hidup sederhana dan upaya menjaga kebersihan hati, artikel ini juga menyiratkan bagaimana seorang kyai harus mampu menghindari penyakit hati seperti takabur atau mencari ketenaran. Menjadi pemimpin atau kyai memerlukan sifat yang jauh dari kecintaan terhadap penghormatan manusia, melainkan penuh dengan ketakutan dan penghormatan yang mendalam kepada Allah. Dalam hal ini, penulis memperingatkan agar para kyai dan pemimpin agama menjaga sikap dan hati agar tetap lurus, demi menghindari kehancuran moral yang dapat berdampak pada diri dan masyarakat yang mereka pimpin.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN