Terjemah Qami' At-Tugyan Bab 45-47: Ikhlas, Menyesali Maksiat, dan Bertobat

 
Terjemah Qami' At-Tugyan Bab 45-47: Ikhlas, Menyesali Maksiat, dan Bertobat
Sumber Gambar: Tim Laduni.ID, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta – berikut terjemah Kitab Qami’ At-Tugyan Bab 45-47:

Cabang Keempat Puluh Lima: Ikhlas dalam Setiap Amal Perbuatan Karena Allah

Imam Ghazali memberikan penjelasan yang sangat dalam mengenai konsep ikhlas. Menurutnya, ikhlas adalah tujuan sejati seseorang dalam melakukan segala perbuatan baik, yang murni hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dalam pandangan beliau, bahkan aktivitas sehari-hari seperti tidur atau beristirahat dapat dianggap sebagai ibadah, jika dilakukan dengan niat untuk menguatkan diri dalam beribadah setelahnya. Dalam hal ini, tidur atau istirahat yang dilakukan dengan niat tersebut termasuk dalam golongan orang-orang yang ikhlas. Sebaliknya, jika seseorang tidak memiliki niat seperti itu, maka keikhlasan dalam amal perbuatannya akan tertutup, kecuali jika amal tersebut sangat jarang dilakukan dengan keikhlasan yang murni.

Ikhlas, menurut Ghazali, berlawanan dengan isyrak, yaitu melakukan amal perbuatan bukan semata-mata karena Allah, melainkan juga karena tujuan lain atau bahkan hanya untuk mencari pengakuan dari selain Allah. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa orang yang riya—beramal untuk mendapatkan pujian, penghargaan, atau tujuan duniawi lainnya—akan dipanggil pada hari kiamat dengan empat julukan yang menghina, yaitu: "Wahai orang yang riya," "Wahai orang yang mengelabui," "Wahai orang yang menyekutukan Allah," dan "Wahai orang yang kafir."

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN