Filosofi Makna Guru “Digugu lan Ditiru”

 
Filosofi Makna Guru “Digugu lan Ditiru”
Sumber Gambar: jawapos.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Pada dasarnya, dalam budaya Jawa, guru memiliki makna yang sangat dalam dan penuh filosofi. Kata “guru” merupakan akronim dari dua kata, yaitu “digugu” dan “ditiru”. Makna ini menggambarkan posisi seorang guru yang tidak hanya dihormati karena ilmunya, tetapi juga diteladani dalam sikap dan perilakunya. Filosofi ini menempatkan guru sebagai sosok sentral dalam pembentukan karakter dan pengetahuan seseorang.

Kata digugu berarti “dipercaya” atau “dianut”. Jadi, seorang guru adalah sumber kebenaran dan kebijaksanaan. Orang tua mempercayakan anak-anak mereka kepada guru untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan. Kepercayaan ini tidak hanya sebatas pada bidang akademik, tetapi juga dalam pembentukan moral dan etika.

Guru dianggap sebagai pelita dalam kegelapan, sosok yang mampu memberikan arah dan panduan bagi murid-muridnya. Karena itu, sebagai sosok yang digugu, guru harus mampu menjaga integritasnya. Ia tidak hanya menyampaikan apa yang benar secara teori, tetapi juga harus memastikan bahwa apa yang diajarkan dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan nyata.

Sementara itu, ditiru berarti “dicontoh” atau “dijadikan teladan”. Filosofi ini menunjukkan bahwa tanggung jawab seorang guru tidak hanya berhenti pada penyampaian ilmu, tetapi juga mencakup sikap, perilaku, dan moralitasnya. Murid-murid sering kali meniru kebiasaan, gaya bicara, bahkan pandangan hidup dari guru mereka. Oleh karena itu, seorang guru harus berhati-hati dalam setiap tindakannya, karena ia adalah cerminan dari nilai-nilai yang ingin ditanamkan kepada murid-muridnya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN