Kisah Jalur Rempah (2): Pengaruh Nusantara pada Peradaban Mesir Kuno

 
Kisah Jalur Rempah (2): Pengaruh Nusantara pada Peradaban Mesir Kuno
Sumber Gambar: iStockphoto, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Pertanyaan tentang apa sebenarnya rempah-rempah, yang nilainya begitu tinggi hingga manusia rela mempertaruhkan nyawa untuk mendapatkannya, terus menjadi daya tarik sejarah. Secara umum, rempah-rempah diartikan sebagai bagian tumbuhan yang memiliki manfaat, baik sebagai bumbu masakan, obat-obatan, pewangi, maupun fungsi lainnya. Dari jahe dan kunyit hingga kulit kayu manis dan cengkih, rempah-rempah telah lama menjadi elemen penting dalam kehidupan manusia.

Bagi kebanyakan orang, rempah-rempah dikenal sebagai bumbu masakan yang mampu menyulap makanan biasa menjadi hidangan yang memikat. Kehadiran rempah memberikan cita rasa, aroma, dan tampilan yang menggugah selera. Tidak hanya menambah rasa lezat, rempah-rempah juga membangkitkan imajinasi, membawa sensasi yang mendalam pada setiap gigitan. Namun, pemanfaatannya tidak berhenti di dapur; rempah-rempah juga digunakan dalam pengobatan tradisional, kosmetik, hingga ritual keagamaan.

Para ahli memberikan definisi yang lebih spesifik terkait rempah-rempah. PROSEA (Plant Resources of South-East Asia) menyebut rempah sebagai tanaman aromatik yang dimanfaatkan untuk memberikan rasa, aroma, dan warna pada makanan serta minuman. Sementara itu, Badan POM mengklasifikasikan rempah sebagai bagian tanaman seperti biji, buah, bunga, kulit batang, dan rimpang, baik dalam bentuk segar, kering, bubuk, maupun pasta. Bahkan, Kementerian Pertanian Indonesia memasukkan seledri dan tomat sebagai bagian dari kategori rempah karena aromanya yang khas dan manfaatnya yang luas.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN