Membaca Kembali Tulisan KH. Salahuddin Wahid Berjudul "Penyaluran Aspirasi Politik Warga NU"

 
Membaca Kembali Tulisan KH. Salahuddin Wahid Berjudul
Sumber Gambar: Iip D Yahya, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta -  Tulisan KH. Salahuddin Wahid (1942-2020), salah satu Ketua PBNU pada masanya, yang pernah dimuat Pikiran Rakyat (Jumat Kliwon, 3 Rajab 1422 atau 21 September 2001) mengulas dilema politik warga NU pasca-lengsernya Gus Dur dari kursi presiden. Ia menyoroti keresahan warga NU dalam menyalurkan aspirasi politik dan tantangan dalam menjaga kesatuan NU di tengah fragmentasi politik, terutama antara PKB dan PPP. Gus Sholah, demikian akrab disapa, menolak ide mengubah NU menjadi partai politik, tetapi menekankan perlunya strategi efektif untuk menyalurkan aspirasi politik warga NU tanpa memicu konflik.

Ia juga mengusulkan pembedaan karakter antara PKB dan PPP: PKB lebih berorientasi pada kebangsaan, sementara PPP lebih fokus pada aspirasi keislaman. Namun, keduanya seharusnya saling melengkapi, seperti dua sisi mata uang. Adik Gus Dur ini menegaskan komitmen NU terhadap Pancasila sebagai dasar negara dan menolak pendirian negara Islam, sembari mendukung penerapan syariat Islam dalam batasan tertentu melalui legislasi. Ia juga menekankan pentingnya menghormati pluralitas pandangan politik dalam warga NU untuk menghindari konflik fisik dan menjaga hubungan baik.

Kini, tulisan ini relevan mengingat polarisasi politik yang masih sering terjadi, termasuk di kalangan organisasi berbasis Islam seperti NU. Tantangan menjaga netralitas NU sebagai ormas keagamaan dan menghindari eksploitasi politik tetap aktual. Pembedaan visi kebangsaan dan keislaman yang diusulkan Gus Sholah dapat menjadi pedoman dalam menghadapi dinamika politik saat ini.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN