Tumbangnya Rezim Bashar Assad: Dampak Geopolitik dan Konflik Timur Tengah yang Berkepanjangan
Laduni.ID, Jakarta - Peristiwa jatuhnya Presiden Suriah, Bashar Assad, ke tangan kelompok pemberontak merupakan salah satu episode paling mencengangkan dalam sejarah modern Timur Tengah.
Rezim Assad yang telah memerintah selama lebih dari dua dekade akhirnya tumbang setelah bertahun-tahun konflik brutal. Peristiwa ini disambut secara kontras oleh berbagai pihak, mulai dari euforia kelompok Islam tertentu, seperti masyarakat Saudi yang menentang Assad, hingga "kegelisahan" di blok-blok kekuatan global seperti Rusia dan Iran.
Namun, dampak dari kejatuhan ini tidak hanya terbatas pada Suriah, melainkan memicu dinamika baru di kawasan Timur Tengah, terutama dengan meningkatnya campur tangan kekuatan global seperti Amerika Serikat dan Israel.
Mengamati Konteks Kejatuhan Assad dan Respons Dunia Arab
Selama ini Bashar Assad dikenal sebagai pemimpin otoriter yang memerintah dengan tangan besi, namun ia juga merupakan sekutu penting bagi blok anti-Barat di kawasan, terutama Rusia dan Iran.
Ketika pemberontakan pecah pada 2011 sebagai bagian dari “Arab Spring”, Assad menghadapi gelombang protes rakyat yang menuntut reformasi politik. Akhirnya respons brutal rezimnya memicu eskalasi konflik menjadi perang saudara yang melibatkan berbagai aktor lokal, regional, dan internasional.
Kejatuhan Assad disambut sukacita oleh kelompok-kelompok Islam konservatif di Timur Tengah, termasuk masyarakat Saudi dan sekutunya yang telah lama memandang Suriah di bawah Assad sebagai ancaman.
Memuat Komentar ...