Syi’ir Tanpo Waton yang Melekat pada Sosok Gus Dur

 
Syi’ir Tanpo Waton yang Melekat pada Sosok Gus Dur
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - “Syi’ir Tanpo Waton” yang dikenal luas di kalangan masyarakat Jawa, merupakan karya sastra berbentuk syi’ir yang sarat nilai-nilai agama dan moralitas. Syi’ir ini pertama kali digubah oleh Gus Nizam dari Sidoarjo pada tahun 1987. Namun, di kemudian hari syi’ir menjadi sangat populer setelah wafatnya KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sosok ulama, cendekiawan, dan presiden keempat Indonesia. Pasalnya, rekaman suara yang melantunkan syi’ir tersebut terasa mirip dengan suara Gus Dur. Padahal, setelah dikonfirmasi ternyata suara tersebut adalah suara Gus Nizam, yang tidak lain adalah sang penggubah syi’iran yang sarat makna itu.

Kontroversi mengenai pencipta syi’ir ini, meskipun menarik perhatian, tidak mengurangi kedalaman makna yang terkandung di dalamnya. Di samping Gus Nizam juga merasa bersyukur kalau syi’irnya dapat menginspirasi banyak orang, meski hal itu diasosiasikan pada sosok Gus Dur.

Pada akhirnya, Syi’ir Tanpo Waton tetap menjadi media dakwah yang mengajak umat untuk mendalami Islam secara holistik dengan menyeimbangkan aspek syariat, tasawuf/tarekat, dan hakekat. Persis yang tercermin dan melekat pada kepribadian Gus Dur. Karena itu, setiap mendengar syi’ir ini, setiap orang akan mengenang kembali sosok cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, Gus Dur.

Refleksi Makna Syi’ir Tanpo Waton

Tidak afdhol rasanya jika tidak menyertakan secara utuh syi’ir yang sarat makna itu. Berikut lirik lengkapnya:

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN