Alasan di Balik Perintah Gus Dur agar Banser Menjaga Gereja
Laduni.ID, Jakarta - Penanganan konflik antarumat Kristen dan Islam di Ambon pada tahun 1999 menjadi salah satu contoh nyata sikap kenegarawanan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sebagai Presiden RI saat itu, Gus Dur menunjukkan langkah-langkah yang bijaksana sehingga konflik tidak meluas dan memicu sentimen agama serupa di daerah lain. Langkah ini pantas diapresiasi karena mencerminkan pandangan jauh ke depan seorang pemimpin.
Ketika itu Gus Dur menolak keras usulan beberapa tokoh Islam garis keras yang menginginkan Banser (Barisan Ansor Serbaguna) dikirim ke Ambon untuk membantu umat Islam yang terjepit dalam konflik. Bahkan, ada pula usulan agar tentara dikirim demi membela umat Islam yang merasa terzalimi.
Namun, Gus Dur memilih jalan berbeda. Ia menegaskan bahwa tugas negara adalah melerai konflik, bukan memihak salah satu pihak. Jika Gus Dur bertindak sebagai politisi, tentu ia akan memanfaatkan situasi ini untuk meningkatkan popularitasnya di kalangan umat Islam. Namun, pada faktanya, justru Gus Dur menunjukkan jiwa seorang negarawan yang tidak hanya melindungi umat Islam tetapi juga umat Kristen, keduanya dianggap sebagai warga negara yang sama-sama perlu dilindungi.
Langkah Strategis Banser di Tengah Tantangan
Sikap Gus Dur yang tegas namun bijaksana ini tidaklah tanpa risiko. Bagi sebagian pihak, tindakan Gus Dur dianggap kontroversial karena tidak memihak umat Islam secara langsung. Bahkan, isu-isu yang menyudutkan Gus Dur mulai menyebar, dengan tuduhan bahwa ia tidak membela Islam. Dan akibatnya, isu-isu yang terus berkembang liar tersebut akhirnya menjadi salah satu faktor yang mendorong kejatuhan Gus Dur dari kursi kepresidenan.
Memuat Komentar ...