Ucapan Selamat Natal Menurut Habib Ali Al-Jufri: Antara Perbedaan Pandangan dan Spirit Kebajikan

 
Ucapan Selamat Natal Menurut Habib Ali Al-Jufri: Antara Perbedaan Pandangan dan Spirit Kebajikan
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Setiap bulan Desember, diskusi tentang hukum mengucapkan selamat Natal kembali menjadi perbincangan hangat. Perbedaan pendapat yang ada melibatkan dua kubu besar: yang melarang dan yang membolehkan. Keduanya kerap bersikukuh pada argumen masing-masing, bahkan tak jarang berujung pada saling menyalahkan atau melempar makian.

Dalam merespons hal itu, menarik untuk menyimak penjelasan Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri yang mengingatkan pentingnya menjaga kehormatan perbedaan pandangan dan menghindari saling menghujat.

Dalam bukunya, Al-Insaniyah Qabla At-Tadayyun, Habib Ali menjelaskan bahwa hukum mengucapkan selamat Natal merupakan persoalan khilafiyah (perbedaan pendapat) yang mana terletak pada keyakinan. Jika ucapan itu meyakini bahwa Isa AS sebagai Tuhan atau anak Tuhan, maka tentu di sini tidak ada perbedaan pendapat. Tetapi, pada zaman sekarang ucapan itu, tidak lebih sebagai bentuk simpati atas kegembiraan orang lain, tanpa terlibat dalam keyakinan mereka. Sehingga hal ini perlu dipertimbangkan, sebab kepedulian kita terhadap saudara kita yang nonmuslim, justru menunjukkan kebajikan teladan ajaran Islam.

Lebih spesifik, salah satu tulisan Habib Ali dalam buku Al-Insaniyah Qabla At-Tadayyun, yang berjudul Yaumul Milad Al-Majid: Wassalamu ‘alayya Yauma Wulidtu, menegaskan:

لكن المعنى الذي يصل إلى القلوب والعقول هو البر والصلة وحسن الجيرة وكريم الأخلاق. فهل من عاقل اليوم يرى ذلك إقراراً على العقيدة ؟ أو مشاركة في طقوس العبادة ؟

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN