Tahun 861 M: Anarki di Tanah Samarra

 
Tahun 861 M: Anarki di Tanah Samarra
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Anarki di Kota Samarra merupakan periode ketidakstabilan internal yang terparah dalam sejarah kekhalifahan Abbasiyah, diawali dengan sebuah peristiwa berdarah pada tahun 861 Masehi. Istilah “anarki” merujuk kepada situasi kacau yang berpusat di ibu kota Samarra, tempat istana khalifah berada. Awal dari periode ini ditandai oleh peristiwa dramatis pembunuhan Khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 861 Masehi oleh pasukan pengawalnya yang berasal dari Turki.

Kecemburuan

Peristiwa Tragis itu dimulai ketika Al-Mutawakkil kurang bersikap adil kepada anaknya. Al-Mutawakkil pada saat itu dikenal sangat mencintai istrinya yang bernama Qabihah, ia merupakan ibu dari putranya, Al-Mu’taz. Rasa cinta mendalam ini mempengaruhi banyak keputusan penting dalam pemerintahannya, termasuk dalam menentukan suksesi kekhalifahan. Sebagaimana tradisi dalam dinasti Abbasiyah, seorang khalifah biasanya mempersiapkan para putranya sebagai calon pengganti. Awalnya, Al-Mutawakkil melantik Al-Muntashi sebagai pewaris pertama, lalu dilanjut oleh Al-Mu’taz, dan kemudian Al-Muayyad.

Namun, kecintaannya kepada Qabihah membuat Al-Mutawakkil berubah pikiran. Ia mulai lebih mengutamakan Al-Mu’taz sebagai penggantinya, menyingkirkan Al-Muntashi dari posisi terdepan dalam garis waris. Keputusan ini menuai ketegangan serius di dalam istana.

Al-Mutawakkil meminta Al-Muntashi untuk dengan sukarela mengundurkan diri dari kursi khalifah dan menunggu gilirannya setelah Al-Mu’taz. Sayangnya, permintaan tersebut tidak diterima Al-Muntashir, yang merasa haknya telah dirampas secara tidak adil hanya karna sebuah cinta.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN