Keteladanan Ki Ageng Suryomentaram: Pangeran yang Melepaskan Mahkota demi Kebijaksanaan

Laduni.ID, Jakarta - Hidup bagaikan samudra luas yang penuh gelombang. Ada yang terombang-ambing dalam arus keserakahan, ada yang tenggelam dalam ambisi tanpa ujung, dan ada pula yang memilih menepi, menanggalkan segala beban duniawi demi merenungi hakikat keberadaan. Ki Ageng Suryomentaram adalah satu dari mereka—seorang pangeran yang rela meninggalkan gemerlap istana demi menemukan kebijaksanaan sejati.
Tetapi, mungkinkah seseorang yang dilahirkan dalam kemewahan justru merasa gelisah? Apakah kedudukan dan harta benar-benar menjamin kebahagiaan, atau justru menjadi beban yang merantai manusia dalam penderitaan batin? Dalam dunia yang semakin materialistis ini, pelajaran apa yang dapat kita petik dari perjalanan hidup Ki Ageng Suryomentaram?
Antara Mahkota dan Panggilan Jiwa
Ki Ageng Suryomentaram, yang terlahir sebagai BRM Kudiarmadji, adalah putra dari Sultan Hamengkubuwana VII dari Kesultanan Yogyakarta. Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan yang penuh tata krama kebangsawanan, protokoler ketat, dan kehormatan yang dijunjung tinggi. Ia dididik untuk menjadi pemimpin yang berwibawa, menjaga martabat, dan menaati adat kerajaan. Namun, di balik segala kemegahan itu, batinnya bergolak. Ada sesuatu yang terasa kosong, sesuatu yang tidak bisa diisi oleh kedudukan ataupun harta. Kegelisahan ini mengingatkan pada kisah para sufi besar, seperti Ibrahim bin Adham, seorang raja yang meninggalkan takhtanya setelah menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kemewahan dunia, melainkan dalam perjalanan menuju Tuhan.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...