Menuju Kebahagiaan Abadi, Amanah Sastra KH. Ahmad Rifa’i Kalisalak

Laduni.ID, Jakarta – KH. Ahmad Rifa’i lahir pada 9 Muharram 1200 H (1786 M) di Desa Tempuran, Kendal, Jawa Tengah. Ia berasal dari keluarga terpandang, dengan ayahnya, Muhammad Marhum bin KH. Abu Sujak Wijaya (Raden Sudjowidjojo), yang menjabat sebagai penghulu di Kendal. Garis keturunannya juga tersambung ke bangsawan Keraton Yogyakarta, yang dimakamkan di kompleks Masjid Agung Kendal, berdampingan dengan makam Wali Joko dan Wali Hadi.
Dakwahnya yang tajam dan penuh semangat perlawanan terhadap kolonialisme membuat pemerintah Belanda merasa terancam. Akibatnya, KH. Ahmad Rifa’i dibuang ke Ambon dan kemudian dipindahkan ke Manado. Di tanah pengasingan itulah, ia menghembuskan napas terakhir pada tahun 1286 H (1878 M) dalam usia 92 tahun. Meskipun wafat jauh dari kampung halamannya, jejak perjuangan dan pemikirannya tetap hidup dalam ingatan umat Islam Nusantara.
Salah satu warisan terbesar KH. Ahmad Rifa’i adalah karya-karyanya yang disebut sebagai Tarojumah. Kitab-kitab ini berisi terjemahan dan syarah (penjelasan) dari ayat-ayat Al-Qur'an, hadis, serta pemikiran para ulama terdahulu yang disusun dalam bahasa Jawa beraksara Arab Pegon. Namun, Tarojumah bukan sekadar terjemahan biasa. Di dalamnya, KH. Ahmad Rifa’i menanamkan pesan-pesan moral, ajaran akidah, fiqih, dan tasawuf yang dipadukan dengan semangat perjuangan melawan kezaliman.
Penyusunan kitab dalam bentuk syair membuat ajaran Islam lebih mudah dihafal dan dipahami oleh masyarakat Jawa saat itu. Selain itu, penggunaan istilah
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...