Merawat Tradisi “Tadarus Al-Qur’an” di Bulan Ramadhan

Laduni.ID, Jakarta - Bulan Ramadhan selalu menghadirkan nuansa keagamaan yang khas di tengah masyarakat Muslim. Salah satu tradisi yang terus hidup di Indonesia dan berkembang di berbagai daerah, khususnya di perkampungan, adalah tadarus Al-Qur’an. Praktik ini mencerminkan semangat kolektivitas dalam beribadah dan mendalami makna kitab suci. Berbeda dengan suasana masjid-masjid di perkotaan yang cenderung lebih terstruktur dengan ceramah dan kajian, di daerah-daerah tradisi tadarus Al-Qur’an berlangsung secara lebih luwes dan mengakar dalam budaya masyarakat.
Secara etimologis, kata “tadarus” berasal dari bahasa Arab yang berakar dari kata “درس” yang bermakna belajar atau mengkaji. Setelah mengalami derivasi sesuai wazan “تفاعل” kata ini menjadi “تدارس” yang bermakna belajar bersama atau mengulang-ulang bacaan secara bergantian. Tentu di sini melibatkan lebih dari satu orang. Dalam praktiknya, tadarus Al-Qur’an dilakukan secara berkelompok, di mana satu orang membaca dan yang lainnya menyimak, lalu bergiliran hingga seluruh peserta mendapat kesempatan membaca.
Inspirasi dari tradisi ini dapat ditelusuri ke masa Rasulullah SAW yang setiap bulan Ramadhan melakukan tadarus Al-Qur’an bersama Malaikat Jibril. Sebagaimana disebutkan dalam Hadis berikut:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...