Karomah Asma’ Ahli Badar, Munajat Abuya Dimyathi Banten

Laduni.ID, Jakarta – Abuya KH. Muhammad Dimyathi Al-Bantani, yang lebih dikenal sebagai Abuya Dimyathi, adalah sosok ulama besar asal Banten yang kehidupannya penuh dengan ketawadhuan dan keikhlasan. Beliau lahir pada 7 Februari 1926 di Banten sebagai putra dari KH. Muhammad Amin dan Hj. Ruqayyah. Pada 1965, Abuya Dimyathi merintis Pondok Pesantren Cidahu di Cadasari, Pandeglang, Banten, yang kemudian menjadi salah satu pusat keilmuan Islam yang melahirkan ulama-ulama besar. Beliau wafat pada 3 Oktober 2003 pukul 03.00 wib di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten.
Keistimewaan Abuya Dimyathi tidak hanya terletak pada keluasan ilmunya, tetapi juga pada kezuhudan dan keteguhannya dalam menjaga prinsip hidup. Beliau dikenal sangat tawadhu dan enggan menampilkan diri di media atau menerima pujian berlebihan. Sikapnya terhadap dunia begitu teguh, hingga beliau menolak bantuan finansial dari tokoh-tokoh besar. Sikap ini menunjukkan bahwa Abuya tidak menginginkan keterikatan dengan duniawi, melainkan sepenuhnya mengabdi kepada Allah dan umat Islam.
Salah satu karya monumental Abuya Dimyathi adalah kitab Ashl al-Qadar fi Khashaish Fadhail Ahl Badar, sebuah syair berbahasa Arab yang berisi asma' atau nama-nama sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar yang dipercaya mengandung karomah atau keistimewaan. Kitab ini tidak hanya menyajikan sejarah, tetapi juga munajat yang menyimpan doa dan nilai spiritual. Dalam tradisi Islam, menyebut nama-nama Ahli Badar dipercaya memiliki keberkahan tersendiri, karena mereka adalah hamba-hamba pilihan yang mendapat janji ampunan dari Allah.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...