Ziarah Kubur sebagai Jalan Keberkahan, Amanat Surat Kyai Hasan Maolani Kuningan

 
Ziarah Kubur sebagai Jalan Keberkahan, Amanat Surat Kyai Hasan Maolani Kuningan
Sumber Gambar: Perpusnass Press/M Nida’ Fadlan, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Kyai Hasan Maolani berasal dari Desa Lengkong, Kecamatan Garawangi di Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Lengkong merupakan titik utama penyebaran agama Islam di wilayah Kuningan. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan makam-makam kuno para ulama setempat seperti Syekh Muhibbat, Panembahan Dako, dan Mbah Buyut Jembar. Berdasarkan pengakuan dalam surat-surat yang ditulisnya, Kyai Hasan Maolani dilahirkan pada hari Senin, pukul 5, pada 8 Jumadil Akhir 1196 Hijriyyah, atau bertepatan dengan pada 21 Mei 1782 Masehi. 

Kyai Hasan Maolani menghadapi tekanan dari pemerintah kolonial Belanda karena ajaran tarekatnya dianggap bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadis, berdasarkan laporan para penasihat agama kolonial. Pengaruhnya yang semakin besar, terutama setelah mendeklarasikan diri sebagai "Pembaharu Agama" di Karesidenan Cirebon, membuat Belanda semakin khawatir. Ia memiliki banyak santri dari berbagai daerah, termasuk kalangan priayi dan santri dari Surabaya, yang belajar di pesantrennya di Lengkong. Akibat pengaruhnya yang luas, Belanda mengasingkannya ke Kampung Jawa Tondano, Sulawesi Utara, pada 1843, tempat ia bergabung dengan gerilyawan perang Jawa pimpinan Kyai Mojo. Kyai Hasan Maolani wafat di pengasingannya pada 29 April 1874 dalam usia 91 tahun.

Ditemukan salinan fotokopi atas 14 (empat belas) surat-surat Kyai Hasan Maolani yang digandakan oleh Panitia Haol Kyai Hasan Maolani Ke-2 Tahun 1990. Berdasarkan penanggalan yang tertera dalam naskah, surat-surat Kyai Hasan Maolani ditulis dalam rentang waktu antara 1854 hingga 1855. Menyadari pentingnya isi surat-surat tersebut, Moh. Ma'ruf memimpin sebuah tim yang dinaungi oleh Panitia Haol Kyai Hasan Maolani Ke-2 tahun 1990 untuk mengumpulkan, menyusun, serta menggandakan surat-surat Kyai Hasan Maolani untuk disebarluaskan dalam satu bundel yang diberi judul "Amanat Kiai Hasan Maolani dari Pembuangan Penjajah Belanda di Menado Sulawesi Utara untuk Keturunannya yang Harus Dipelajari, Diresapi, dan Dilaksanakan dengan Sepenuh Hati Sesuai dengan Isi Buku Aslinya". 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN