Raden Saleh dan Goresan Sebuah "Simbol" Aksara

 
Raden Saleh dan Goresan Sebuah
Sumber Gambar: Rijksmuseum Amsterdam/Atunk, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Di balik ketenaran Raden Saleh (1807-1880) sebagai pelukis ternama era Hindia Belanda, terdapat kisah menarik tentang pilihan aksara dan makna filosofis yang ia tinggalkan dalam goresan tangannya. Koleksi dokumen dari Rijksmuseum Amsterdam bertahun 1841 dan 1848 mengungkap bahwa Raden Saleh menuliskan namanya dalam aksara Arab-Pegon dengan huruf sīn (س) alih-alih huruf ṣād (ص) yang umum digunakan untuk nama Saleh.

Perbedaan huruf ini bukan sekadar teknis, melainkan penuh makna simbolik. Dalam bahasa Arab, "Saleh" dengan huruf ṣād (صالح) berarti "orang baik" atau "saleh" dalam pengertian religius. Sementara "Saleh" dengan huruf sīn (سالح) merujuk pada makna "pembawa senjata" atau "orang bersenjata" (ḥāmil al-silāḥ). Pilihan ini mengisyaratkan bahwa Raden Saleh melihat dirinya bukan hanya sebagai seniman, tetapi sebagai pejuang, bukan dengan senjata tajam, melainkan dengan kuas dan kanvas.

Melalui lukisan-lukisannya, seperti karya terkenal Penangkapan Pangeran Diponegoro, Raden Saleh menyuarakan kritik sosial dan menggambarkan ketidakadilan kolonial dengan keberanian. Setiap goresan kuas menjadi bentuk perlawanan, dan nama Sālih (سالح) yang ia pilih menjadi simbol identitas perjuangan yang subtil namun kuat.

  • Baca Juga: 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN