Manisnya Iman Itu Adalah Puncaknya Kenyamanan Akal

Laduni.ID, Jakarta - Dalam sebuah acara pengajian di Bayt Al-Qur’an—sebagaimana rekaman yang banyak tersebar di kanal YouTube—, Gus Baha mengungkapkan betapa rasa manis iman sejatinya terletak pada kenyamanan akal menerima kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad SAW. Beliau menekankan bahwa keimanan yang sejati bukan sekadar tentang perasaan hati, melainkan tentang ketentraman akal yang tunduk dengan penuh kesadaran.
“Orang beriman itu, akalnya merasa nyaman dengan ajaran Nabi,” kata Gus Baha.
Gus Baha menggambarkan situasi luar biasa saat Nabi Muhammad pertama kali menyampaikan risalah tauhid di tengah masyarakat Quraisy.
“Bayangkan, Nabi datang dan menyatakan bahwa seluruh maujudat—segala sesuatu yang ada di alam semesta—diciptakan oleh Dzat yang gaib, tidak kasat mata. Bagi masyarakat jahiliyah waktu itu, ajaran ini tentu terasa aneh, bahkan tak masuk akal. Tapi bagi orang beriman, akalnya justru merasa damai, tenang, menerima kebenaran itu tanpa keberatan,” jelasnya lebih lanjut.
Untuk memperjelas, Gus Baha memberikan analogi sederhana. Rasa manisnya iman itu, seperti kepercayaan seorang pasien kepada dokter yang ia yakini keahliannya. Ketika diberikan resep, pasien yang percaya penuh akan merasa tenang dan patuh. Sebaliknya, jika ia ragu, ia akan cemas, bahkan menolak resep tersebut.
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...