Rocky Gerung dan Orang - Orang Dungu

 
Rocky Gerung dan Orang - Orang Dungu

Oleh Syaikhul Ashghor Juman Rofarif al-Batawi

LADUNI.ID, Jakarta - Entah, sejak sering diucapkan oleh Rocky Gerung, kata “dungu” jadi terdengar amelioratif. Malah jadi terdengar unyu. Kedengarannya saja sih. Kalau dikatain “dungu”, orang tetap bakal tersinggung juga.

Kata “dungu” kesukaan Rocky Gerung mengingatkan saya pada kitab klasik karya Ibnu al-Jauzi (abad ke-6 Hijriah) berjudul “Akhbar al-Hamqa wa al-Mughaffalin” jadi kitab itu ditulis sekitar 900 tahun sebelum Rocky Gerung pertama kali mengucapkan kata “dungu” dan 900 tahun lebih sedikit lagi sebelum pilpres 2019.

Judul “Akhbar al-Hamqa wa al-Mughaffalin” itu kira-kira artinya “Kabar Tentang Orang-orang Dungu”.

Kitab itu berisi tentang … ya tentang kedunguan dan orang-orang dungu. Menurut kitab itu, kedunguan itu tabiat. Namanya juga tabiat; susah dicarikan obat.

Menurut saya, “Akhbar al-Hamqa wa al-Mughaffalin” ini salah satu kitab klasik yang isinya cukup kocak. Beberapa isinya bikin ngikik penuh hikmah. Apa itu ngikik penuh hikmah? Gak tau juga. Pokoknya gitulah.

Jika Anda pernah mendengar ungkapan “dungu tidak mengenal batas” atau yang mirip seperti itu, jangan-jangan ungkapan tersebut berasal dari kitab ini. Artinya, ungkapan itu telah berusia 900 tahunan. Dalam kitab itu disebutkan, seorang Muktazilah ditanya apa batas kedunguan. Dia menjawab, “Saaltani ‘an ma laisa lahu haddun.” Dalam mode Rocky Gerung, kalimat Arab itu artinya: “Ente nanya tentang sesuatu yang gak ada batasnya tuh.”

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN