NU adalah Organisasi yang Menyatukan Wahyu dan Akal

 
NU adalah Organisasi yang Menyatukan Wahyu dan Akal

LADUNI.ID, Jakarta - NU didirikan para kiai pesantren di Surabaya pada 31 Januari 1926 M sebagai respon atas situasi yang berkembang di dunia internasional dan lokal. Terutama respon terhadap situasi cara beragama yang antimazhab dan penghakiman bid'ah pada tradisi yang baik yang berkembang di masyarakat serta respon atas penjajahan Belanda.

Para kiai tidak tinggal diam, mereka melakukan perlawanan terhadap kelompok yang membid'ahkannya serta melawan penjajahan Belanda. Namun, pergerakan mereka tidak terorganisasi secara rapi dan serentak. Atas dasar itulah mereka menamakan organisasinya nahdlatul berasal dari kata nahdlah sebagai kebangkitan yang berkelanjutan. Mereka tidak menapikan dan merasa terputus dari pergerakan kiai sebelumnya, melainkan melanjutkan. Dan kebangkitan tersebut tidak hanya sesaat, tapi berkelanjutan. Sementara kata ulama, adalah bentuk yang mendeskripsikan kalangan mereka sendiri yaitu para kiai yang merupakan para ahli waris nabi dari sanad yang jelas dan tersambung. 

Tahun ini NU memasuki usia 93 tahun. Tidak banyak organisasi yang bisa bertahan hampir seratus tahun yang mampu mempertahankan prinsip dan cita-cita para pendirinya. Bahkan NU terus berkembang melewati berbagai macam rezim dengan situasi zaman yang berbeda. Bahkan NU pernah berganti status dari organisasi keagamaan murni menjadi partai politik. Lalu kembali ke khittahnya, sebagai organisasi keagamaan yang mengembangkan pemberdayaan ekonomi, intelektualitas, pendidikan, bahkan kesehatan.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN