Membaca Ulang Islam yang Terhina
LADUNI.ID - Islam itu berdiri tegak, tidak hina walau dihina, tidak juga mewah-megah walau disanjung tanpa ujung. Islam adalah idealitas meta-historis dengan segala kesempurnaannya yang harus terus diterjemahkan dan dipelajari hingga penghujung waktu itu berhenti. Sekiranya ada kelompok yang merasa berdiri di puncak kesempurnaan, barangkali itu hanya babakan pengetahuan yang terbatas. Seperti halnya jika ada kelompok lain yang mencibir atau bahkan menghina Islam, barangkali itu juga puncak pengetahuan yang terbatas dan sempit.
Merasa sempurna dengan keberislaman atau secara tegas menghina Islam tidak lantas dapat menggeser dan menggoyahkan Islam yang tegak. Keduanya sama-sama dalam pembendaharaan pengetahuannya masing-masing yang dibatasi dengan kealpaan dan kebodohan. Mempertentangkan dengan cara membela kesempurnaan Islam dan memenjarakan para penghina Islam tanpa maaf adalah upaya pembelaan diri dan menegasikan kebodohan yang sedang membelit diri.
Barangkali agak sulit memilih berada pada titik kesadaran untuk mengakui keterbatasan dibandingkan semangat untuk mempertahankan pengetahuan. Gejala romantisme dan identitas menjadi pemantik paling fungsional untuk merefleksikan eksistensi yang harus diakui oleh orang lain. Bahwa Islam dan Indonesia merupakan dua entitas identik-ikonik juga harus mengkristal secara wacana dan faktual. Konsekuensi berikutnya, kelompok romantisme dan identitas ini agak susah menerima pergolakan pertentangan baik itu yang benar-benar melecehkan maupun yang bersifat kritik semata.
Memuat Komentar ...