Di Balik Keberkahan Toko Kitab Nabawi Krueng Mane dan "Kiblat" Turast Klasik Aceh

 
Di Balik Keberkahan Toko Kitab Nabawi Krueng Mane dan

 

LADUNI. ID, KOLOM- negeri Aceh yang merupakan daerah telah diresmikannya syariat Islam satu-satunya di nusantara ini dan di balik itu keberadaan dayah merupakan poros utama dalam realisasi syariat jauh sebelum diresmikan syariat Islam di negeri Serambi Mekkah. 

Berbicara dayah tidak terlepas dari turas klasik atau kitab gundul. Dayah yang bertebaran di seantero negeri paling barat di negara yang pernah dipimpin sang Waliyullah Gus Dur dan salah satu toko kitab yang diminati dan penjualan tergolong banyak pelanggannya bernama Toko Nabawi. 

Toko Kitab tersebut menjadi langganan tetap bahkan distributor kitab di kawasan Aceh Utara, terutama kawasan Cot Trueng dan sekitarnya.

Para santri dan dewan guru Dayah Raudhatul Mu'arif Al-Aziziyah Cot Trueng, Aceh Utara juga dayah disekitar daerah tersebut menjadikan Toko Kibab Nabawi sebagai "kiblat" memesan dan membeli kitab kuning. 

Tentunya tafaulan Nabawi menjadi "mulabasah" (indikator) masyarakat dayah menjadikan toko yang direktur  utamanya Tgk. Muhammad Azizi sebagai "kiblat" membeli keperluan berbasis dayah baik turas klasik (kitab) , peci, baju koko dan lainnya.

Toko kitab yang berada di pusat kecamatan Muara Batu, Krueng Mane itu, tidak pernah sepi dari pengunjung, bahkan salah seorang ulama kharismatik Aceh Al-Mukarram Abu Ishak Ahmad atau akrab disapa Abu Lamkawe juga ikut singgah di tokoh yang di nahkodai guru senior Dayah Raudhatul Ma'arif Al-Aziziyah itu. 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN