Imlek, Islam dan Sinergi Antarumat Beragama
Klenteng Pao Sian Lin Kong, Juni 2018 saya pernah solat Dzuhur di dekat gantungan salib dalam Klenteng itu. Suatu hari, tempo itu saya bersama delapan (8) orang pegiat GUSDURian Sumenep bersama Klinik Sang Timur melakukan ibadah kemanusian. Baksi sosial, pengobatan gratis yang terbuka untuk umum.
Dari awal saya menyadari bahwa kegiatan ini bukanlah kegitan lumrah yang banyak orang lakukan di masyarakah Sumenep yang notabene adalah kalangan NU. Namun, tidak apalah saya coba memulai, memberanian diri mencari sisi-sisi sinergi antarumat beragama yang sama-sama memiliki niat dan ajaran kebaikan, bakti sosial, pengobatan.
Pengobatan ini, tidaklah satu-sarunya kegiatan yang dilaksanakan pegiat GUSDURian sehari itu. Bersamaan dengan kerja-kerja kemanusiaan, secara pribadi saya juga mengisi seresehan “4 Pilar Ajaran NU & 9 Nilai Utama Gus Dur” di Pondok Ramadlan SMA Bluto. Kedua kegiatan ini sengaja dilaksanakan serentak demi mengimbangi isu toleransi dan ke-NU-an yang sedang digawangi oleh GUSDURian Sumenep.
Dzuhur menjelang asar, usai mengisi acara ke-NU-an, segera saya susul kegiatan di Klinik Sang Timur yang sedari tadi padi dilaksanakan oleh 8 orang tim. Setiba di lokasi saya mencari tempat solat. Masjid jauh. Dan tiba-tiba Romo Hari (sebutan bagi Bapa Romo Nacholas Harry Chang) menawarkan saya masuk Klenteng dan menyodorkan sajadah. Walhasil, saya solat Dzuhur yang sudah kepepet di samping salib dalam Klenteng tersebut.
Memuat Komentar ...