Konsep Ummatan Wasathan sebagai Poros Peradaban Dunia

 
Konsep Ummatan Wasathan sebagai Poros Peradaban Dunia

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَىٰ عَقِبَيْهِ ۚ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ ۗ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمَانَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Wakadzaalika ja’alnaakum ummatan wasathan litakuunuu syuhadaa-a ‘alaa alnnaasi wayakuunaalrrasuulu ‘alaykum syahiidan wamaa ja’alnaa alqiblata allatii kunta ‘alayhaa illaa lina’lama man yattabi’u alrrasuula mimman yanqalibu ‘alaa ‘aqibayhi wa-in kaanat lakabiiratan illaa ‘alaa alladziina hadaa allaahu wamaa kaana allaahu liyudhii’a iimaanakum inna allaaha bialnnaasi larauufun rahiimu. (Q.S. al-Baqarah [2]: 143)

Istilah "kanan" dan "kiri" merupakan istilah yang sudah akrab kita dengar sejak mengenal direksi arah; kanan, kiri, tengah, depan, belakang. Penulis awal mengenal istilah-istilah tersebut dengan cara sederhana, bahkan untuk memahaminya pun cukup dengan cara yang sangat sederhana. Namun seiring bertambahnya usia bumi yang semakin tua, istilah-istilah tersebut pun mengalami perkembangan makna yang agaknya cukup rumit. Bagaimana tidak? Dewasa ini, istilah kanan dan kiri tidak lagi diartikan secara sederhana sebagai bentuk “sisi”. Kini, kanan dan kiri kerap kali dinisbatkan pada sebuah kelompok atau golongan tertentu.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN