Mengurai Panca Kesadaran Santri
Laduni.ID, Jakarta - Apakah Anda memiliki anak dan atau murid yang sulit diatur? Apakah Anda pernah menjumpai kelompok masyarakat yang enggan untuk diajak maju? Sebenarnya, mereka yang memang sulit diatur sebenarnya bukan tidak mau dididik, mereka yang nakal bukan enggan menjadi baik, tapi kerap kali orang tua, para guru, kyai dan pemimpin lupa bahwa anak-anak mereka adalah putra zaman, anak sang waktu dan kehidupan.
Nah, jika para santri adalah calon pengayom dan pendidik umat, idealnya mereka harus mempersiapkan dan menempa diri untuk menjadi orang tua bagi segala jenis kemungkinan masyarakat yang kelak akan mereka hadapi.
Mestinya setiap orang menjadi penghebat, penyemangat, pendamai, penyuluh, pecinta dan bahkan pelita bagi dirinya sendiri. Apa sebab? Kegelapan tidak pernah ada, kecuali bagi mereka yang enggan dan malas menggapai cahaya. Kebencian itu tak pernah ada, benci adalah nama lain bagi cinta yang diciderai dan disakiti. Begitu pula najis, ia tidak pernah ada. Najis dan kotor ada karena manusia enggan menjaga kesucian dan kebersihan. Akan tetapi, karena kesadaran adalah barang langka, harus selalu ada yang melestarikannya. Hal ini bukan semata ilmu, tapi juga mendialogkan ilmu dengan kehidupan.
Dalam ilmu, kesalahan nyaris selalu mendahului kebenaran, itulah mengapa kesimpulan para ilmuwan acapkali 99 kali adalah keliru, barulah yang ke-100 benar. Namun demikian, dalam keseharian, Anda tidak harus berpengetahuan dulu baru bertindak. Teramat banyak tindakan kita lebih digerakkan oleh intuisi dan keyakinan daripada pengetahuan. Bahkan, tak jarang, tindakan manusia berdasarkan imajinasi sosiologisnya.
Memuat Komentar ...