Mengapa Hari ke Enam Namanya Jumat tidak Sittah?

 
Mengapa Hari ke Enam Namanya Jumat tidak Sittah?

LADUNI.ID, Jakarta - Jika diurutkan nama hari satu persatu maka;  
Minggu <ahad (احد) hari ke 1
Senin < Itsnain ( إثنين ) hari ke-2
Selasa < Tsalasa ( ثلَاثاء ) hari ke-3
Rabu < Arba'a ( أَرْبعاء ) hari ke-4
Kamis < Khamis ( خَمِيس)  hari ke-5
Jum'at < Jum'at ( جُمْعَة ) kumpul berjama'ah, atau hari berjama'ah di masjid
Sabtu < Sabtu ( سبْت ) hari ibadah umat Nabi, Yusuf, Ayyub, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa, Zakariya, Yahya, 'Isa alaihimussalam..
Pada zaman jahilyyah, hari keenam tersebut namanya “yaumul ‘urubah”, dan orang yang pertama kali mengganti nama ‘urubah menjadi Jum’at adalah Ka’ab bin Lu`ay

Jika diurutkan dari hari pertama dengan bahasa arab semestinya hari ke enam dinamakan hari sittah.
Mengapa hari ke enam dinamakan Jum’at?
Menurut Ibnu katsir, kata tersebut dimusytaq dari Jam’i yang berarti kumpul, Karena pada hari keenam itu Muslimin berkumpul dan Pada hari tersebut Allah menciptakan langit dan bumi, dan pada hari itu Adam diciptakan.

Adapun cara orang menyebutnya ada yang melafadzkannya dengan kalimat "jumu,ah"(dengan dhommah mim)d an ada yang melafadzkan dengan kalimat "jum,at"(dengan sukun mim) ada juga yang melafadzkan dengan "juma'ah".(dommah jim dan fatah mim)

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN