Tanbih sebagai Peace Education dan Dasar Toleransi
LADUNI.ID, Ciamis - Sirnarasa bertempat di Dusun Ciceuri, Desa Ciomas, Panjalu, Ciamis, Jawa Barat. Ia berada di bawah naungan seorang mursyid Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyyah (TQN) yang akrab dipanggil Abah Aos. Pada mulanya, pesantren ini bernama al-Islah.
SetelahAbah Aos berguru kepada mursyid silsilah ke-37, Syekh Shohibul Wafa Tajul Arifin (kemudian disebut Abah Anom), kemudian diubah menjadi Sirnarasa atas petunjuk Abah Anom melalui surat yang ditujukan untuk Abah Aos, dimana alamat yang tertera bukan al-Islah, melainkan Sirnarasa. Kejadian ini dianggap oleh Abah Aos sebagai petunjuk perubahan nama untuk pesantren yang ia pimpin.
Menurut penjelasan dari beberapa narasumber, Sirnarasa memiliki arti filosofis. Sirna yang berarti hilang atau lenyap, dan Rasa dalam istilah tasawuf merupakan segala macam perasaan yang ada dalam diri (hati) manusia. Oleh karena itu, pesantren ini memiliki motto; tidak punya apa-apa, tidak tahu apa-apa, dan tidak ingin apa-apa. Artinya, segala yang ada merupakan milik-Nya, segala bentuk pengetahuan adalah pengetahuan-Nya, dan yang diinginkan hanyalah Dia, Sang Pencipta yang Maha Segalanya (wawancara dengan H. Solehuddin, wakil talqin Abah Aos).
Pesantren ini bercorak tasawuf. Ajaran yang diamalkan adalah TQN Suryalaya. Disebut TQN Suryalaya karena segala amaliyah dzikir yang dilakukan di pesantren ini merupakan amaliyah-amaliyah yang dibawa oleh Abah Aos dari mursyid sebelumnya (baca: Abah Anom), yakni TQN Pondok Pesantren Suryalaya yang berlokasi di Tasikmalaya.
Memuat Komentar ...