Polemik Bendera Tauhid dan Teatrikal Kelompok Khilafah
LADUNI.ID - Bendera bertuliskan lafadz Tauhid menjadi perbincangan hangat lintas kalangan dan media sosial. Golongan yang satu dan yang lain saling berebut untuk menjadi golongan yang paling mengerti tentang bentuk dan lambang pada bendera tersebut. Perbincangan mengenai bendera ini terus bergulir hingga titik paling serius.
Selanjutnya terjadilah saling melempar hadits mengenai originalitas bendera Rasulullah. Diantara hadits yang cukup terkenal yaitu hadits dari Ibnu Abbas yang menerangkan bahwa al-rayah Rasulullah berwarna hitam dan al-liwa’ Rasulullah berwarna putih. Terdapat dua kata yang mempunyai makna hampir sama, yaitu liwa’ dan royah. Belakangan dua kata tersebut kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai bendera.
Walau keduanya secara bahasa mempunyai makna yang hampir serupa, namun pada penggunaannya cukup berbeda. Al-liwa’ oleh sejumlah ahli disebutkan sebagai bendera perang yang diikatkan di pucuk senjata berupa tongkat atau tombak. Sedangkan al-Rayah adalah bendera perang sebagai penentu dari keberlangsungan peperangan. Al-rayah inilah yang harus dijaga oleh para tentara, karena tentara musuh akan merebutnya sebagai penanda kemenangan ataupun kekalahan bagi mereka yang tidak mampu mempertahankannya.
Walau demikian, keberadaan al-liwa’ dan al-rayah dalam sejarah Islam terdapat sejumlah keragaman dalam bentuk warna dan lambang. Para ahli sejarah tidak dapat memastikan secara mutlak mengenai warna bendera yang digunakan dalam Islam, apalagi dalam sejarah perjalanan Rasulullah sendiri juga tercatat sejumlah warna yang berlainan, ada yang menyebut putih dan hitam. Namun pada kesempatan yang lain Rasulullah juga disebutkan menyukai warna kuning dan hijau.
Memuat Komentar ...