Gelar Kepenyairan
LADUNI.ID - Dalam setiap zaman, penyair itu selalu ada, walau keberadaannya antara satu dan lainnya tak pernah sama. Sosok penyair seperti kehidupan, ada yang bagai bunga, bagai pedang, bagai air, bahkan kehadirannya dianggap tak pernah ada, ia hanya ibarat tangkai yang tak terlihat bunganya, bahkan harumnya tak pernah terasa, tapi ia ada.
Penyair pada setiap zamannya, entah di Barat atau di Timur, atau di antara Barat dan Timur, diberi gelar bukan untuk kebanggaan, tetapi hanya sebagai identitas kepenyairan, mendapatkan julukan bukan untuk disombongkan, tapi untuk mengintip mosaik kehidupannya. Karena setiap julukan memiliki sejarah tersendiri bagi seorang penyair.
Keberadaan julukan atau gelar bagi para penyair hanyalah sebagai pintasan eksistensi mereka. Namun, bagi penyair yang tidak memiliki gelar, atau tidak pernah tersemat dalam kehidupan mereka sebuah julukan, bukanlah sebuah aib atau bukan pula berarti mereka tidak terkenal. Banyak dari mereka yang luar biasa, namun namanya lebih dikenal dari julukannya.
Tulisan singkat ini, hanya ingin mengenalkan julukan atau dalam bahasa dikenal dengan “laqab” dari beberapa penyair Arab, yang sudah berkelindan dengan zamannya, dan memutuskan untuk berkhidmad dengan kesusastraan.
“Al-Mutanabbi” (Yang Mengaku Nabi), Gelar disematkan kepada Abu Tayyib Ahmad bin Husain bin Murrah
“Syair al-Hubb wa al-Mar’ah” (Penyair Cinta dan Perempuan), gelar disematkan kepada Nizar Qabbani
Memuat Komentar ...