kisah Kecerdikan Syekh Hasan al-Bashri
LADUNI..ID - Dalam karyanya, Qamiut Tughyan, Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani bercerita mengenai Syekh Hasan al-Bashri dan sahabatnya, Syekh Farqad. Nama pertama ulama sufi ahli ilmu, sedangkan nama kedua terkenal sebagai seorang ahli ibadah yang tekun. Saat itu keduanya menghadiri resepsi pernikahan. Dalam pagelaran itu, keduanya disodori piring emas yang berisi untaian kurma. Karena ada larangan makan dan minum dari wadah emas berdasarkan sabda Rasulullah, maka keduanya menahan diri. Syekh Syekh Hasan al-Bashri tetap duduk di depan piring emas, sedangkan Syekh Farqad menyingkir darinya.
Tak berselang lama, Syekh Hasan lalu mengambil kurma dari piring itu dan memindahkannya ke atas roti dan memakannya. Nikmat. Kemudian, dia menoleh ke arah sahabatnya dan berkata, “Hai Furaiqad, kemarilah dan lakukanlah dengan cara ini.”
Syekh Hasan dengan cerdik melakukan tindakan itu karena berpendapat, bahwa mengosongkan piring emas itu bukan berarti menggunakannya, tetapi menghilangkan kemunkaran. Beliau bisa mengumpulkan antara hukum fiqh dan kesunnahan resepsi pernikahan dengan menyantap makanan yang dihidangkan, menyenangkan tuan rumah, sekaligus menghilangkan kemungkaran serta memberikan pelajaran kepada orang lain mengenai hukum fiqh yang luwes. Bahkan, dengan gayanya yang khas, Syekh Hasan memanggil sahabatnya dengan sighat tashghir (menjadi Furaiqad) dengan maksud menyindirnya sebagai tanda ketidak setujuannya pada sikapnya.
Bagi saya tindakan Syekh Hasan di atas cukup cerdik. Beliau mengajarkan sebuah sikap elegan menghadapi kemunkaran sekaligus memberikan sebuah solusi atas kondisi yang tidak memungkinkan bagi mereka berdua makan di atas nampan emas. Dari sini kita bisa melihat apabila sebuah upaya menghilangkan kemunkaran selayaknya diiringi dengan solusi dan dilakukan dengan cerdik.
Memuat Komentar ...