Membincang Fiqih Kebahagiaan

 
Membincang Fiqih Kebahagiaan
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Manakala aku diminta bicara soal fiqih kebahagiaan, yakni kebahagiaan kolektif (As-Sa'adah Al-Jamai'yyah) untuk Indonesia yang inklusif, maka aku bilang bahwa hal itu harus dibangun atas dasar ilmu pengetahuan dan keadilan. Ini sejalan dengan misi Nabi Muhammad SAW, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى النُّوْرِ

"Membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya."

Kegelapan adalah kebodohan dan kezaliman. Cahaya adalah ilmu pengetahuan dan keadilan. Abu Bakar Ar-Razi, seorang filsuf muslim besar, mengatakan: "Tujuan tertinggi untuk apa kita diciptakan dan kemana kita diarahkan, bukanlah memeroleh kesenangan-kesenangan fisik, melainkan pencapaian ilmu pengetahuan dan mempraktikkan keadilan."

Lalu Imam Al-Ghazali (w. 1111 M), Hujjatul Islam, sang argumentator Islam, menulis dalam bukunya, At-Tibr Al-Masbuk fi Nashihah Al-Muluk, sebagaimana berikut:

وَفِى التَّوَارِيْخِ أَنَّ الْمَجُوس مَلَكَوا اَمْرَ الْعَالَمِ اَرْبَعَةَ آلافِ سَنَةٍ . وَكَانَتِ الْمَمْلَكَةُ فِيْهِمْ. وَإِنَّمَا دَامَتِ الَمَمْلَكَةُ بِعَدْلِهِمْ فِى الرَّعِيَّةِ وَحِفْظِهِمَ الْاُمُوْرَ بِالسَّوِيَّةِ. وَاِنَّهُمْ مَا كَانُوا يَرَوْنَ الظُّلْمَ وَالْجَوْرَ فِى دِيْنِهِمْ وَمِلَّتِهِمْ جَائِزاً. وَعَمَّرُوا بِعَدْلِهِمْ الْبِلَادَ وَاَنْصَفُوا الْعِبَادَ. وَقَدْ جَاءَ فِى الْخَبَرِ أَنَّ اللهَ جَلَّ ذِكْرُهُ اَوْحَى اِلَى دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام اَنْ أَنْهِ قَوْمَكَ عَنْ سَبِّ مُلُوكِ الْعَجَمِ فَإِنَّهُمْ عَمَّرُوا الدُّنْيَا وَأَوْطَنُوهَا عِبَادِى

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN