Antara Qarin dan Arwah
LADUNI.ID - Dalam bahasa modern dikenal istilah black box*, dan qarin itu black boxnya manusia. Yang sering kita mainkan dan yang sering dibawa kesana-kemari itu black boxnya. Seperti lagu dalam kaset ada tujuh belas lagu, misalnya, yang diputar terkadang hanya nomor enam dan nomer tiga. Terus saja berputar di situ-situ saja beberapa lagu yang tercatat di dalam qarin itu tadi. Tidak bisa kurang dan tidak bisa lebih. Sebab tugas black box itu merekam semua perilaku yang semisal, qarin sama kedudukannya.
Maka sebagian ahli kasyaf (orang yang memiliki mata batin) jika berziarah ke ahli barzakh dia tahu ini muwakkal (perwakilan) atau ini qarinnya yang di sana. Sehingga para wali besar seperti Mbah Sholeh Bagusan Comal adalah termasuk dari ahli kasyaf yang luar biasa. Berangkat ziarah bersama rombongan. Begitu sampai di lokasi ziarah langsung ngajak pulang, "Balik ae balik ae, do balik, balik yo..."
Tapi ucapan Mbah Sholeh tersebut ada alasannya. "Balik ae balik, percuma ra ono wonge, percuma ra ono wonge, wes balik ae (Pulang saja, percuma tidak ada orangnya)". Mbah Sholeh hanya kirim surat al-Fatihah lalu pulang. Sebab beliau tahu yang di situ tidak ada, arwahnya sedang kumpul bersama para wali lainnya ('ala masyrabahum); yang Syadziliyah berkumpul dengan arwahnya Imam asy-Syadzili, yang Qadiriyah berkumpul dengan Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, yang Tijaniyah, yang Syathariyah, dst. kumpul dengan aimmat ath-thurufihim (para pimpinannya) yakni alladzi fihi al-madad min madad al-maula, kumpul bersama.
Memuat Komentar ...