Meributkan Konten 'Kafir'? Baca Ini Dulu
LADUNI.ID, Jakarta - Banyak orang di media sosial menuduh sesat para kiai NU karena telah merumuskan pendapat, "Jangan memanggil kafir kepada warga negara Indonesia yang non-muslim". Orang-orang ini menuduh para kiai NU tidak paham Al-Quran, tidak paham surat Al-Kafirun, sesat, dan lain-lain.
Munas NU 2019 sebenarnya fokus membahas status non-muslim dalam negara bangsa seperti Indonesia, bukan status Kafir dalam negara Islam sebagaimana dalam Fiqih.
Dalam forum disepakati, bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara status non-muslim seperti di Indonesia adalah Muwathin atau warga negara yang mempunyai kewajiban dan hak yang sama dan setara sebagaimana warga negara lainnya.
Terminologi dalam Kitab Fikih kita ada Darul Islam dan Darul Kuffar.
Sementara warga negara non-muslim yang terdapat dalam Darul Islam ada beberapa sebutan:
- Kafir HARBI, yaitu orang yang memerangi umat Islam dan boleh diperangi
- Kafir DZIMMI, orang yang membayar jizyah untuk mendapatkan perlindungan. Tidak boleh diperangi.
- Kafir MU'AHAD, orang yang melakukan perjanjian damai dalam beberapa tahun. Tidak boleh diperangi.
- Kafir MUSTA'MIN, orang yang meminta perlindungan. Tidak boleh diperangi.
Yang dimaksud keputusan Munas NU bahwa non-muslim di Indonesia tidak ada yang memenuhi kriteria tersebut.
Sehingga disebut warga negara dalam nation state.
وَفِي الْقُنْيَةِ مِنْ بَابِ الِاسْتِحْلَالِ وَرَدِّ الْمَظَالِمِ لَوْ قَالَ لِيَهُودِيٍّ أَوْ مَجُوسِيٍّ يَا كَافِرُ يَأْثَمُ إنْ شَقَّ عَلَيْهِ. اهـ. وَمُقْتَضَاهُ أَنْ يُعَزَّرَ لِارْتِكَابِهِ مَا أَوْجَبَ الْإِثْمَ. البحر الرائق، ٥/ ٤٧.
Memuat Komentar ...