GusDur , GARBI, dan Islam Nusantara

 
GusDur , GARBI, dan Islam Nusantara

LADUNI.ID - Ujuk-ujuk teman waktu sama-sama aktif di dakwah kampus ngomel di ruang komentar status facebook saya yang berbunyi: “Sayang mereka tidak punya Gus Dur.” Komentar teman saya itu: “O… Ternyata lo juga pemuja gusdur yik? Percuma gw capek2 nurunin gusdur kalo akhirnya temenan sm lo! Jangan minta2 add friend lagi ya”.

Teman saya ini memang Ikhwah Tarbiyah militan. PKS tulen. Dia rajin ikut demonstrasi. Termasuk ikut ngedemo Gus Dur sampai turun dari jabatannya sebagai Presiden RI tahun 2001 yang lalu. Saya waktu itu sebenarnya kurang akrab dengan sosok Gur Dur. Yang saya tahu, dia tokoh NU yang kontroversial. Ketika teman-teman Ikhwah dengan bendera BEM SI ramai-ramai turun ke jalan menuntut Gus Dur turun, saya waktu itu sebagai anggota Majlis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UI memilih untuk mengerjakan kewajiban MPM terutama memberi advokasi kepada mahasiswa baru yang keberatan dengan kenaikan biaya kuliah serta menyelesaikan regulasi bagi semua UKM-UKM tingkat universitas. Karena 90% anggota MPM adalah Ikhwah Tarbiyah akhirnya rapat dan sidang sering kali tertunda karena anggota MPM ikut turun ke jalan.

Ada beberapa buku tentang Gus Dur yang saya baca kala itu, tentang biografi dan kumpulan humor Gus Dur. Saya kurang tertarik mempelajari pemikiran-pemikiran Gus Dur. Maklum waktu itu saya sedang asyik-asyiknya dengan isu-isu islamisasi sains, ideologi, peradaban Islam dan Islam Kiri.

Mungkin hanya kebetulan saja, kejatuhan Gus Dur dari kursi Presiden menyebabkan saya berhenti liqa di Tarbiyah. Karena kejatuhan Gus Dur berakibat naiknya Megawati. Dua hal prinsip yang saya tolak saat itu; pragmatisme politik jamaah Tarbiyah dan wanita jadi Presiden. Menjatuhkan Gus Dur kemudian mendukung Megawati merupakan puncak pragmatisme politik Tarbiyah. Di tingkat kampus pun pragmatisme politik Tarbiyah sudah di luar nilai-nilai ideal Ikhwan. Hal ini saya uraikan dalam satu surat panjang (dengan catatan kaki dan buku rujukan) kepada Murabbi saya, sebagai penjelasan mengapa saya menyatakan berhenti liqa.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN