Ketika Bencana Melanda, Ini Tiga Etika yang Perlu Dilakukan
LADUNI.ID, Jakarta - Tidak seharusnya seorang muslim merasa Tuhan sedang tidak adil ketika bencana melanda, atau merasa bahwa kehidupan ini akan berakhir sampai disini. Dalam Islam, etika dan sikap yang seharusnya dilakukan ketika bencana melanda sudah terlampir dalam Al-Qur’an. Begitulah Al-Qur’an, selalu menjadi referensi terbaik dalam kehidupan seorang muslim.
Etika pertama kali ketika menghadapi bencana adalah mengucapkan kalimat istirja’ yaitu innalillah wa inna ilahi raji’un (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya). Kalimat tersebut rupanya tidak diucapkan ketika ada seseorang meninggal dunia, melainkan juga ketika menghadapi berbagai bencana dan ujian. Dalam ayat-Nya difirmankan:
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.
Bersabar adalah etika kedua dalam mengahadapi sebuah bencana. Dalam Tafsir Al-Mishbah, Quraish Shihab memaparkan bahwa sabar sebagai keberhasilan menahan gejolak nafsu untuk meraih yang baik atau yang lebih baik, serta keberhasilan dalam melaksanakan tuntunan Allah secara konsisten tanpa meronta atau mengeluh.
Disebutkan dalam QS Al-Baqarah ayat 2 bahwa Allah menjanjikan berita gembira bagi orang-orang yang bersabar, yaitu sebuah kebahagian dan kegembiraan. Sebab itu bersabarlah ketika bencana datang melanda. Tak perlu menggerutu atau berputus asa begitu saja, Karena dengan kesabaran tersebut niscaya Allah akan memenuhi janji-Nya untuk memberikan kebahagiaan yang lain setelah kebahagiaan sebelumnya hilang akibat datangnya bencana.
Memuat Komentar ...