KOPRI dan Hantu Patriarki

 
KOPRI dan Hantu Patriarki

LADUNI.ID - Ada salah satu pernyataan bijak dari seorang filosof India bernama Anthony De Mello. Ia mengatakan bahwa salah satu sebab mengapa manusia terkatung-katung dalam jurang penderitaan adalah karena ia menghidupkan kembali sejarah kelam di masa lalunya ke kehidupan masa sekarangnya.
.
Hal yang serupa juga terjadi pada mereka yang tak henti-hentinya menyuarakan kesetraan gender, walhasil ketidakcocokan dalam penempatan posisi perempuan pasti dinilai sebagai ketidaksetaraan gender. Selain itu yang sangat disayangkan adalah mereka akan segera menuding lelaki sebagai pelakunya. Dari sini setidaknya kita bisa mempertanyakan kembali, dari mana pandangan ini berasal?, apakah feminisme menginginkan kesetaraan atau kebebasan dari norma-norma? dan apakah feminisme adalah solusi yang benar-benar solutif serta berlaku dalam skala universal?. Baiklah, mari kita jawab urutan dari pertanyaan ini.
.
Pertama, pandangan di atas -lelaki dan sistem mendiskriminasi perempuan- adalah cara pandang yang datang dari Feminisme Barat -yang sampai saat ini diamini oleh Kopri- yang kemudian pada tahun 1960-an dan 1970-an dipengaruhi oleh Filsafat Eksistensialisme. Pada abad ke-20 eksistensialisme dikembangkan (terutama) oleh filosof Prancis, Jean Paul Sartre (abad 20).
.
Sartre percaya bahwa manusia tidak memiliki sifat alami, artinya posisi eksistensi manusia bergantung pada usahanya untuk menciptakan esensinya sendiri. Oleh karena itu esensi manusia tergantung pada lingkungan di mana ia berada. Walhasil jika perempuan diberlakukan sebagaimana norma-norma yang ada (mengasuh, merawat, menerima), maka ia akan segera menuduh lelaki dan sistem sebagai dalangnya. Pandangan ini -menonjolkan ketertindasan wanita- kemudian disebut dengan Ecofeminisme. Selanjutnya pertanyaan yang kemudian patut diajukan kepada Kopri adalah mengapa mereka lebih mengamini Feminisme ala Barat dari pada feminisme ala Timur (Islam) yang memandang baik lelaki ataupun wanita adalah dua entitas yang seimbang dan saling melengkapi kekurangan masing-masing?, bukankah dengan menuduh lelaki sebagai sebab atas ketertindasan wanita merupakan bentuk diskreditasi yang sama (jika memang diklaim lelaki sebagi penindas)?, apakah kegelapan dapan menghilangkan kegelapan?

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN