Sang Kiai; Dari Kepesantrenan hingga Kenegaraan, Jan Ethes!

 
Sang Kiai; Dari Kepesantrenan hingga Kenegaraan, Jan Ethes!

LADUNI.ID, Jakarta - Penampilannya bersahaja. Surban dan sarung menjadi ciri khasnya. Senyumnya hangat. Gaya bicaranya tenang. Kadang disisipi istilah Arab yang ia ambil dari tradisi kuat pemahaman kitab-kitab pesantren. Itulah sosok KH. Ma’ruf Amin.

Saat beliau ditunjuk Pak Jokowi menjadi calon wakil presiden untuk mendampinginya, banyak pihak meragukan kapasitasnya. Banyak yang tak yakin Kiai berumur 76 tahun itu akan bisa mengimbangi Pak Jokowi yang lincah, yang kerap datang dengan pemikiran-pemikiran yang inovatif.

Saat debat Cawapres tiba, bahkan pendukung Jokowi ‘degdegan’ apakah KMA akan bisa mengimbangi Sandi Uno yang muda, energik, lulusan luar negeri? Apakah KMA yang ‘tua’ akan mampu berdebat, mengemukakan visi serta pikirannya?

Nyatanya, di luar dugaan, Kiai Ma’ruf tampil luar biasa. Banyak mata yang terbelalak menyaksikannya. Baru tahu ternyata Sang Kiai sehebat itu: Pikirannya jernih, bicaranya terstruktur, gagasan-gagasannya segar. Kiai Ma’ruf bukan hanya menguasai persoalan, ia mampu menghadirkan gagasan sesuai konteks yang tepat. KMA langsung ke jantung persoalan, tepat sasaran, clean and cut.

Pemahamannya kuat soal konsep dan implementasi kebijakan. Kiai Ma’ruf lincah meliuk-liuk dari soal ekonomi-kesejahteraan hingga kesehatan. Ia paham pentingnya ‘infrastruktur bumi’ maupun ‘infrastruktur langit’. Secara jenaka ia mengajak DUDI (Dunia Usaha dan Dunia Industri) berkolaborasi, kemudian meletakkan soal riset di konteks yang benar. Ia bicara perlindungan warga, komitmen untuk menjadikan Indonesia bersaing di kancah global, tapi tak melupakan kearifan lokal. Singkatnya, KMA tampil luar bisasa!

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN