Makna Tersirat di Balik Nasihat Ibnu Arabi tentang "Kepala Ikan"
Laduni.ID, Jakarta - Alkisah, di Tunisia ada seorang nelayan sholeh. Ia tinggal di gubuk yang dibangun dari tanah liat. Hari-harinya digunakan untuk mencari ikan. Namun, ikan yang diperolehnya dikirim ke fakir miskin. Ia hanya menyisakan satu ekor ikan yang menjadi santapannya setiap hari.
Waktu berlalu, ia mulai berguru kepada seorang sufi kondang, yakni Imam Ibnu Arabi. Lama, berguru, akhirnya si nelayan itu kemudian dikenal juga sebagai sufi besar.
Pada suatu saat, ia memanggil muridnya, “Tolong kamu pergi ke guruku, Syaikhul Akbar Ibnu Arabi. Mohon pada beliau agar memberikan nasihat kepadaku. Jiwaku buntu.”
Maka berangkatlah seorang santri yang diperintahkan tadi itu menuju ke Andalusia, Spanyol.
Sesampainya di Spanyol, si murid mencari rumah Imam Ibnu Arabi. Betapa terkejutnya santri itu, apa yang dilihatnya berbeda jauh dengan apa yang ada di benaknya. Ia berpikir, rumah Ibnu Arabi sangat sederhana seperti rumah gurunya. Namun yang ada di depan matanya adalah rumah yang sangat mewah.
Masuklah ia ke pekarangan rumah Ibnu Arbi. Sepanjang jalan ia melewati ladang yang tertata rapi, serta berbagai binatang peliharaan dengan kandangnya yang bersih.
Dalam heran, ia bergumam, "Bagaimana mungkin sufi seperti Ibnu Arabi bergelimpangan dengan kemewahan."
Ketakjubannya semakin meningkat. Ia melihat dinding rumah itu dibuat dari marmer dengan hamparan karpet merah yang mahal di lantainya. Sementara itu, pelayannya mengenakan pakaian sutra yang mahal.
Memuat Komentar ...