Refleksi tentang Peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai Inspirasi “Pengingat” di Era Teknologi

Laduni.ID, Jakarta - Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah perjalanan luar biasa Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Sidratul Muntaha. Sebuah momen spiritual yang menghubungkan manusia dengan Sang Pencipta melalui perintah shalat lima waktu. Di tengah derasnya arus teknologi modern, refleksi dari peristiwa ini menjadi semakin releva. Bukan hanya sebagai peringatan, tetapi juga sebagai “pengingat”.
Kemajuan teknologi yang telah memangkas waktu dan jarak, dari perjalanan haji berbulan-bulan menjadi hanya delapan jam, memberikan kita efisiensi luar biasa. Namun, ironisnya, di tengah segala kemudahan ini, kita justru sering kehilangan esensi waktu.
Rasulullah SAW telah “menegosiasikan” jumlah shalat dari 50 kali menjadi 5 kali, memberikan ruang bagi umatnya untuk produktivitas duniawi. Tapi, alih-alih memanfaatkannya untuk hal bermanfaat atau ibadah, kita justru sering kali membuang waktu untuk hal-hal tak berarti.
Hari ini, banyak dari kita hidup dalam dunia yang dikendalikan oleh layar. Telepon pintar, media sosial, dan aplikasi digital telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Fenomena seperti Fear of Missing Out (FOMO) semakin menguasai, membuat kita terjebak dalam siklus tanpa akhir untuk selalu terhubung. Notifikasi, tanda suka, komentar, dan angka pengikut menjadi tolok ukur eksistensi diri, menggantikan kontribusi nyata kepada sesama.
Tak sedikit orang rela menempuh bahaya demi konten viral, memamerkan kehidupan palsu demi popularitas sesaat, atau bahkan menyebarkan informasi palsu demi perhatian. Apa yang kita kejar? Popularitas yang fana? Atau sekadar validasi semu dari orang-orang yang bahkan tidak mengenal kita?
UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN
Support kami dengan berbelanja di sini:
Memuat Komentar ...