Mi'raj Perjumpaan Kekasih

 
Mi'raj Perjumpaan Kekasih
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - "Ummati, ummati, ummati", desah Nabi SAW. Usai shalat di masjid terjauh itu (Masjid Al-Aqsha, Jibril mengajak Nabi SAW melanjutkan perjalanan, mengarungi angkasa raya, melewati langit demi langit dan terus sampai di ujung semesta, di Sidratul Muntaha. Di tempat itu Nabi SAW bertemu Tuhan. Dia begitu dekat. Al-Qur'an menyatakan :

وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَىٰ، ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّىٰ، فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَىٰ

"Dia (Muhammad) berada di ufuk yang tertinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah Dia dekat (dari Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi)." (QS. An-Najm: 7-9)

Ini menggambarkan hubungan "dualitas" Tuhan dan Nabi SAW yang saling menatap dengan cinta dalam jarak yang sangat dekat. Nabi SAW melihat-Nya tanpa tabir, bagai dipisahkan oleh kaca tembus pandang. Hati Nabi SAW mengharu biru, jiwanya seakan hilang lenyap di hadapan Sang Maha Agung dan Maha Indah (Dzul Jalal wal Jamal). Dalam bahasa tokoh cendekia Annemarie Schimmel, yang dikutipnya dari puisi Farid al-Din Attar, disebutkanlah gambaran nan indah itu:

"Seruan datang dari Dzat segala
Tinggalkan jiwa dan raga yang fana
Duhai tujuan dan maksud-Ku, masuklah!
Dan lihatlah Dzat-ku langsung, sahabat-Ku

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN