Apakah Wanita yang Mengalami Keguguran juga Mengeluarkan Darah Nifas? Berikut Penjelasannya

 
Apakah Wanita yang Mengalami Keguguran juga Mengeluarkan Darah Nifas? Berikut Penjelasannya
Sumber Gambar: Freepik, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Keguguran adalah ujian berat yang dialami sebagian perempuan. Tak hanya secara emosional, kondisi ini juga menimbulkan pertanyaan fiqih yang penting, terutama tentang status darah yang keluar setelah keguguran: Apakah termasuk darah nifas atau bukan?

Dalam Mazhab Syafi’i, pertanyaan ini mendapat perhatian khusus. Salah satu rujukan klasik yang membahasnya secara jelas adalah kitab Hasyiyata Al-Qalyubi wa ‘Umairah, syarah atas karya Syaikh Khatib As-Syarbini. Di sana dijelaskan berikut ini:

لَوْ وَلَدَتْ وَلَدًا جَافًّا ثُمَّ رَأَتْ الدَّمَ قَبْلَ خَمْسَةَ عَشَرَ فَإِنَّهَا نُفَسَاءُ مِنْ حِينِ الْوِلَادَةِ عَلَى الْأَصَحِّ، وَقَوْلُهُالْوِلَادَةُ، أَيْ وَلَوْ عَلَقَةً أَوْ مُضْغَةً

“Jika seorang wanita melahirkan janin kering (tidak berdarah) kemudian melihat darah sebelum lima belas hari, maka dia dianggap dalam keadaan nifas sejak waktu melahirkan menurut pendapat yang lebih shahih. Dan maksud ‘melahirkan’ di sini mencakup juga keluarnya segumpal darah (‘alaqah) atau segumpal daging (mudhghah).”

Jadi di sini dipahami, bahwa seorang wanita yang mengalami keguguran, atau mengeluarkan janin dalam bentuk ‘alaqah atau mudhghah,

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN