Begini Al-Qur’an Mencontohkan Perbuatan Syirik
LADUNI.ID, Jakarta - Menurut Ibn Mandzur, syirik adalah menyekutukan Allah dalam hal ketuhanan, yaitu menuhankan zat lain selain Allah, padahal tidak ada yang mampu menyamai Allah Swt.
Sementara menurut Ibn Asyur (w. 1393 H), syirik adalah menyekutukan Allah dengan hal lain dalam perkara ketuhanan dan ibadah.
Ibn Mandzur menambahkan dengan mengutip kaul Abu al-ʽAbbas, bahwa syirik bukan berarti hanya menyembah selain Allah dan meninggalkan Allah. Yang meminta syirik adalah menyembah Allah dan sesembahan lain selain Allah. Atau dalam bahasa lain, menduakan Allah.
Hal ini dapat dilihat dari firman Allah SWT dalam Qs. Al-Anʽam ayat 82:
الذين ءامنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman."
Ketika ayat ini disampaikan oleh Rasulullah Saw kepada para sahabat, mereka heran. Mereka yang bisa melakukannya Mereka yang tidak bisa keluar dari perilaku zalim. Mendengar hal itu, kemudian Rasul mengatakan, "tidak itu, yang meminta zalim dalam ayat ini adalah pesan yang dikirim Luqman kepada putranya, Inna al-Syirka la dzulmun ʽadzīm (Qs. Luqman: 13), yaitu syirik ."
Dari hubungan kedua ayat ini menunjukkan bahwa syirik lebih berpaling dari Allah menuju tuhan lain selain Allah, ditambah menduakan Allah atau menganggap zat lain sama dan memiliki kontribusi dengan Allah.
Dalam al-Quran, kata syirik dan derivasinya ditemukan sebanyak 168 kata dengan 63 kata yang berbeda. Namun, tidak semua derivasi kata syirik menjelaskan syirik yang diajukan dalam resolusi di atas. Al-Raghib al-Asfahānī hanya mengutip 11 ayat yang berkaitan dengan syirik kepada Allah dan membaginya menjadi dua bagian:
Memuat Komentar ...