ISIS yang Tidak Peduli dengan Perempuan dan Anak-Anak
LADUNI.ID, Jakarta - Kamp al-Hol di timur laut Suriah menjadi wadah bagi aliran deras amarah dan berbagai pertanyaan yang tak memiliki jawaban. Di dalamnya hidup para perempuan dan anak-anak kelompok ISIS yang telah kalah, dicampakkan para suami, diabaikan khalifah dan pemerintah mereka.
Beberapa di antaranya berkukuh pada ideologi mereka yang disulut kebencian: "Kami tidak terkalahkan!" teriak mereka lantang. Lainnya memohon jalan keluar - jalan untuk kembali pulang.
Sementara negara-negara Barat bicara berbelit-belit, anak-anak mereka mati.
Umm Usma, perempuan Belgia keturunan Maroko, berkukuh pada fantasinya bahwa ia telah menolong para perempuan dan anak-anak Suriah sepanjang keberadaannya di sana selama enam tahun, sebagian besarnya bersama ISIS.
Mantan perawat itu merengkuh cadarnya dengan tangan yang terbungkus sarung tangan hitam, "Ini pilihan saya," ujarnya. "Di Belgia, saya tidak bisa mengenakan cadar - ini pilihan saya."
"Setiap agama melakukan suatu kesalahan," tuturnya. "Tunjukkan kami sisi baiknya."
Ketika ia berteriak dengan sekelompok wanita berpakaian hitam lainnya, seorang anak yang terbakar parah didorong dalam kereta bayinya di atas lumpur oleh sang ibu. "Lihat apa yang mereka perbuat," teriak ibunya, merujuk pada pasukan yang didukung AS.
Al-Hol seperti sebuah mimpi buruk, sebuah kamp dengan jumlah pengungsi yang terus meningkat, dari 11.000 orang hingga sekarang lebih dari 70.000 orang. Ia terus membengkak seiring buntut runtuhnya sebuah kekhalifahan semu. Ia siap meledak.
Memuat Komentar ...