Santri Goes To Papua: Namanya Awiyah , tidak Malu Mengaji Walau Remaja Sendiri

 
Santri Goes To Papua: Namanya Awiyah , tidak Malu Mengaji Walau Remaja Sendiri

LADUNI.ID, Kurwoto - Begitu do'a hendak dimulainya mengaji usai dibaca, seorang anak maju ke depan menghampiri saya dan berkata: "Pak guru, ada anak baru yang ingin ikut mengaji."

"Ya, masuk saja. Siapa?" tanya saya.
"Awiyah," jawabnya.

Tak berselang lama, saya agak terkejut ketika melihatnya masuk. Ternyata ia bukan anak-anak seperti yang saya kira. Memang ia juga seorang anak. Namun sudah tergolong remaja.

Keterkejutan saya ini tentu tidak tanpa alasan. Sebab, selama mengajar di Kurwato ini, nyaris tidak ada anak-anak yang sudah berusia remaja ikut mengaji. Semua yang mengaji adalah anak-anak usia SD. Dulu pernah ada memang beberapa yang berusia remaja yang turut mengaji. Namun seiring waktu mereka mengalami seleksi alam dengan berguguran. Kecuali hanya seorang anak, yaitu Qomaria atau yang biasa disapa dengan Maria, yang masih bertahan.

Sering saya berpikir, mengapa anak-anak yang sudah remaja tidak mau mengaji atau sudah pernah ikut mengaji tapi berhenti? Untuk yang terakhir itu, terkadang saya juga melakukan introspeksi diri, apa jangan-jangan penyebab berhentinya mereka justru adalah saya sendiri yang mungkin kurang entah bagaimana dalam mengajar mereka?

Kembali ke Awiyah. Setelah saya tanya namanya, sekolahnya di mana, asalnya dari mana, lalu saya menyuruhnya duduk di bangku untuk belajar. Dan ketika tiba gilirannya mengaji, kembali keterkejutan menghampiri saya. Tidak lain dan tidak bukan, penyebabnya adalah karena ia sama sekali belum tahu huruf Arab.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN