Meneguhkan Islam yang Ramah Lingkungan

 
Meneguhkan Islam yang Ramah Lingkungan
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Secara biologis manusia adalah makhluk paling sempurna yang hasil akhir dari proses evolusi  penciptaan alam semesta yang memiliki dua dimensi. Di satu pihak terbuat dari tanah (thin) yang menjadikannya makhluk fisik, di pihak lain, ia juga makhluk spiritual karena ditiupkan ke dalamnya "ruh" Tuhan. Dengan demikian manusia menduduki posisi yang unik di antara alam semsta dan Tuhan, yang memungkinkannya berkomunikasi dengan keduanya.

Secara fisik dan biologis manusia paling maju, paling sempurna, dan termasuk puncak evolusi alam. Selain itu, manusia juga memiliki jiwa rasional yang hanya dimiliki bangsa manusia saja. Jiwa rasional ini memungkinkan manusia mampu mengambil premis-premis rasional yang berguna untuk membimbing, mengatur, dan menguasai daya-daya dari jiwa-jiwa yang lebih rendah.

Dengan demikian, manusia merupakan inti dari alam semesta, dan tidak heran kalau kaum bijak menyebut manusia sebagai mikrokosmos karena mengandung semua unsur yang terdapat dalam makrokosmos (alam semesta). Sehingga manusia memiliki posisi yang unik, yaitu sebagai "wakil" (khalifah) Allah di muka bumi, dituntut untuk bersikap proaktif dan kontributif dalam komitmen dan integritasnya terhadap ekosistem yang ia hadapi, meskipun secara transendental berada di luar sebuah ekosistem yang tidak melibatkan dirinya. Misalnya dalam ekosistem yang berlangsung pada lingkungan hidup alami. Di situ manusia tidak terlibat langsung namun secara implisit dan secara global ekosistem, manusia termasuk di dalamnya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN