Tradisi “Megengan” sebagai Wujud Pengamalan Anjuran Nabi dalam Bersedekah

 
Tradisi “Megengan” sebagai Wujud Pengamalan Anjuran Nabi dalam Bersedekah
Sumber Gambar: antaranews.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Tradisi “Megengan” merupakan salah satu bentuk nyata pengamalan ajaran Rasulullah SAW dalam hal berbagi makanan dengan sesama. Nabi Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak kuah dalam masakan agar dapat dibagikan kepada tetangga dan orang-orang di sekitar. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam Hadis berikut:

عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ

“Dari Abu Dzar r.a, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Wahai Abu Dzar, jika kamu memasak kuah, maka perbanyaklah airnya, dan bagikanlah kepada tetanggamu.’” (HR. Muslim)

Hadis ini menegaskan bahwa berbagi makanan, bahkan dalam bentuk yang sederhana seperti kuah atau bubur, memiliki nilai kebaikan yang besar. Tradisi “Megengan” yang dilakukan menjelang bulan Ramadhan dengan berbagi apem, nasi kuning, atau makanan lainnya adalah manifestasi dari ajaran ini. Tidak hanya di Indonesia, kebiasaan bersedekah makanan juga menjadi tradisi di Makkah dan Madinah, di mana penduduk setempat rutin membagikan roti, susu, atau sari buah kepada jamaah haji setiap tahunnya.

Tradisi yang Terinspirasi Warisan Para Ulama Salaf

Kebiasaan berbagi tidak hanya diajarkan oleh Rasulullah SAW, tetapi juga diamalkan oleh para tabi’in. Mereka memiliki kebiasaan memberi hadiah kepada sahabat-sahabat mereka, bukan karena sahabat tersebut membutuhkannya, tetapi sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang. Hal ini dikisahkan dalam kitab

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN