Tahun 1948-1949 Masehi: Sumatera Barat, Negeri Ini Berhutang Padanya

 
Tahun 1948-1949 Masehi: Sumatera Barat, Negeri Ini Berhutang Padanya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Setelah Ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta berhasil diduduki oleh tentara Belanda dalam peristiwa yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II, pihal Belanda gencar menyebarkan propaganda yang menyatakan bahwa Republik Indonesia telah sepenuhnya runtuh.

Mereka mengklaim bahwa RI tidak lagi memiliki legitismasi atau keuatan, dengan dalih parapemimpin teratasnya--soekarno, Mohammad Hatta, dan Sultan Sjahrir-telah menyerah dan kini berada dalam tahanan. Tujuan dari narasi ini jelas untuk meyakinkan dunia, terutama rakyat Indonesia dan komunitas internaisonal, bahwa perlawanan terhadap Belanda telah berakhir.

Kabar penangkapan para pemimpin Republik Indonesia ini dengan cepat tersebar hingga ke Sumatera. Di sana, Mr. Syafruddin Prawiranegara, bersama sejumlah tokoh terkemuka lainnya, merespons situasi genting ini dengan sigap. Mereka berkumpul di Halaban, sebuah wilayah terpencil yang berjarak sekita 56 kilometer dari Bukitinggi dan 15 kilometer dari Payakumbuah, untuk merumuskan langkah yang perlu diambil guna memastikan keberlanjutan Republik.

Pada tanggal 22 Desember 1948 Masehi, melalui pertemuan yang penuh ketegangan tersebut, mereka mengambil keputusan yang monumental, yaitu mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan Syafruddin Prawiranegara sebagai pemimpin.

Di bawah komando Syafruddin Prawiranegara PDRI segera bergerak untuk menyusun strategi perlawanan. Mereka mendirikan pusat komando perlawanan di Sumatera, yang secara administrative mulai beroprasi pada januari 1949 Masehi.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN