Mengintip Tradisi Meugang dalam Perspektif Zaman Now

 
Mengintip Tradisi Meugang dalam Perspektif Zaman Now

LADUNI.ID, ACEH-Salah satu tradisi masyarakat Aceh menjelang lebaran, baik Idul Fitri maupun Idul Adha juga menjelang bulan Ramadan adanya semacam tradisi yang dikenal denngan meugang atau makmeugang. Tradisi ini telah lama berlangsung dalam masyarakat Aceh dari masa ke masa.

Menelusuri asal-usul dan sejarah awalnya, tidak ada referensi yang signifikan yang menyebutkan kapan secara pasti awal sejarah meugang itu lahir. Namun sebagian ahli sejarah juga telah mencoba menalaah dan mengkajinya.

Ini sebagaimana disebutkan oleh Ali Hasyimy dan beberapa tokoh lainnya seperti yang dinukilkan oleh Marzuki Abu Bakar dalam karyanya dengan judul “Tradisi Meugang dalam Masyarakat Aceh: Sebuah Tafsir agama dalam Budaya”. 

Beliau dalam tulisannya menjelaskan bahwa tidak ditemukan referensi yang sangat menyakinkan dalam lintasan sejarah, siapa dan kapan pertama sekali tradisi meugang ini dilakukan. Ali Hasjimy menyebutkan bahwa tradisi ini sudah dimulai sejak masa Kerajaan Aceh Darussalam. Tradisi meugang ini dilaksanakan oleh kerajaan di istana yang dihadiri oleh para sultan, menteri, para pembesar kerajaan serta ulama.

Pada hari itu, raja memerintahkan kepada Balai Fakir, yaitu badan yang menangani fakir miskin dan duafa untuk membagikan daging, pakian dan beras kepada fakir miskin dan kaum duafa. Biaya ini semuanya ditanggung oleh bendahara Silatu Rahim, yaitu lembaga yang menangani hubungan negara dan rakyat di Kerajaan Aceh Darussalam. (Marzuki Abu Bakar, “Tradisi Meugang dalam Masyarakat Aceh: Sebuah Tafsir agama dalam Budaya”, 2014).

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN